Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tahu UNU Blitar Darimana?


Saya dan Dynesh bersiap menuju Kampus 2, di Srengat. Tempat seluruh Laboratorium UNU Blitar difungsikan, termasuk Laboratorium Komputer. Pagi itu, ada agenda untuk mengaktivasi seluruh komputer laboratorium dengan lisensi resmi Windows 10 Education serta Office 365 Education. Malu juga, jika selevel universitas masih saja menggunakan aplikasi bajakan. Beruntung, Pimpinan UNU Blitar termasuk 'open minded' masalah lisensi perangkat lunak ini. Kini, UNU Blitar telah bekerja sama dengan salah satu Microsoft Partner Indonesia untuk mendapatkan lisensi resmi seluruh perangkat lunak milik Microsoft. 

Sesampainya di pelataran Kampus 1, saya menjumpai laki-laki sepuh, bermasker, pakai helm, terlihat bingung. Beliau sengaja menghampiri saya.

Saya sapa duluan, "ada yang bisa kami bantu, Pak?" 

Benar saja, memang Bapak itu kebingungan.

"Mas, derek tangglet, jalan arah alun-alun niku searah nopo mboten?". 

Aneh juga pertanyaannya. Tidak mungkin pertanyaan itu dilontarkan oleh orang Blitar sendiri. Semua tahu jika Jalan Masjid depan Kampus bukan jalan searah. 

"Oh, mboten pak, motor kalih mobil taseh saget."

Rupanya, Bapak itu sengaja datang dari jauh. Mruput sejak pagi. Rumahnya dekat Pantai Prigi, selatan Trenggalek. 

"Tiga jam saking mriki, mas", jawabnya lirih.

Dari Pantai Prigi, jauh-jauh datang ke Kota Blitar hanya untuk satu tujuan. Ingin melihat langsung Kampus UNU Blitar dan  mendaftarkan putrinya jadi calon mahasiswa. Benar-benar perjuangan yang menginspirasi.

Jangan sampai, kesan pertama yang didapatkan oleh Bapak dan putrinya itu adalah sambutan dan pelayanan yang mengecewakan. Padahal sudah datang jauh-jauh. 

"Sudah, Pak. Tadi sudah bertemu staf administrasi dan dipandu untuk mendaftar secara online sampai selesai", jawab putri si Bapak ketika saya tanya proses pendaftarannya. 

Meski pendaftaran mahasiswa sudah daring sejak 2018 lalu, masih banyak yang berdatangan langsung. Mungkin penasaran dengan UNU Blitar. Gedungnya kecil, tapi kok gaungnya besar. Terpenting, gaung besar yang nyaman didengar, bukan yang menyakitkan telinga. 

Saya iseng bertanya kembali karena penasaran, "Bapak tahu UNU Blitar saking sinten?"

"Walah mas, kulo mboten ngertos nopo-nopo jane. Nggih yugo kulo niki", sambil menunjuk putrinya. 

"Mbaknya tahu informasi UNU Blitar darimana?"

"Dari Instagram UNU Blitar, Pak". 

"Apakah ada alumni satu sekolah yang kuliah di UNU Blitar?", tanya saya lagi. 

"Mboten wonten, Pak".

Oh, begitu. Cukuplah. Tidak perlu saya tanya panjang lebar, biar nanti diwakili Panitia PMB saja ketika ujian wawancara. Bapak dan putrinya lalu berpamitan pulang ke Trenggalek. 

Dari sini saja, ada informasi penting yang didapat dari satu sampel pendaftar tadi. Ia tahu informasi dari Instagram kampus. Bahkan, termotivasi untuk datang langsung saat mendaftar di UNU Blitar. Realita ini sekaligus membenarkan data kuisioner yang tercantum di sistem informasi PMB. Setiap pendaftar akan ditanya oleh sistem, "Darimana anda mendapatkan informasi tentang UNU Blitar?". 

Jika data dibuka dalam prosentase, maka  jawabannya, pendaftar mendapatkan informasi:

31,5% dari Mahasiswa UNU Blitar

29,3% dari Media sosial UNU Blitar

25,9% dari teman

24,7% dari keluarga dan kerabat

20,4% dari Website UNU Blitar

12,5% dari guru/sekolah

7,5% dari dosen/karyawan UNU Blitar

6,7% dari banner/papan iklan yang menyebar di puluhan titik Kabupaten dan Kota Blitar

Prosentase sisanya dari sumber lainnya.

Prosentase ini tentu menarik untuk dikaji, sekaligus bekal mengatur strategi dan kebijakan terkait PMB UNU Blitar. Jika meminjam istilah Dr. Uswatun dalam sidang terbukanya Jumat lalu, ada yang namanya positioning dan targeting dalam strategi marketing pendidikan. 

Positioning dalam konteks ini adalah bagaimana strategi dan kebijakan yang tepat untuk memposisikan UNU Blitar dapat dikenali oleh calon mahasiswa. Dengan demikian, targeting-nya tepat sasaran. 

Menilik sebaran prosentase, ada dua strategi yang layak diprioritaskan, mahasiswa sebagai juru promosi kampus, didukung media sosial yang menguatkan citra kampus. 

Saya yakin, penjelasan dari mahasiswa lebih mengena di hati calon pendaftar daripada penjelasan dosen. Kenapa? karena mahasiswa adalah saksi hidup. Mereka menjalani dan mengalami iklim belajar secara langsung di kampus, tentu saja testimoninya lebih menyentuh, daripada penjelasan dosen yang berbusa-busa soal prospek prodinya.

Jika calon pendaftar mulai penasaran, maka informasi lanjutan bakal ia cari lewat media sosial yang biasa ia buka tiap harinya. Salah satu sumber survei menyebutkan, media sosial yang dibuka oleh mayoritas pengguna usia mahasiswa (18-24 tahun) adalah Instagram. Meski kini, cenderung bergeser ke Tiktok. 

Sejauh ini, Admin Instagram UNU Blitar cukup berhasil menjadi pintu gerbang yang ramah untuk sumber informasi kampus. Apalagi diperkuat dengan keahlian desain grafis yang memadai. Perlu ditambahkan pula, informasi mengenai profil ringkas tiap prodi serta prospek lulusannya. 

Hal ini penting, mengingat pendaftar yang berminat kuliah di UNU Blitar, juga dihadapkan dengan pilihan sulit, bingung memilih prodi. Pilihan prodi inilah yang berperan besar dalam bidang keahliannya kelak.

Dengan demikian, perumusan positioning dan targeting yang tepat berimbas besar terhadap kuantitas pendaftar. Lantas, sejauh mana strategi itu berhasil. Mari kita evaluasi bersama.

Sukses selalu untuk UNU Blitar. 

Posting Komentar untuk " Tahu UNU Blitar Darimana?"