Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Petaka Gedung Cyber

Saya sempatkan menulis ini di sela-sela perjalanan menuju Gunung Muria, sisi utara Kudus. Ada sekian jam sia-sia jika saya hanya duduk bengong di kendaraan. Sementara banyak isi pikiran yang bisa dikonversi ke tulisan.

Ini salah satunya. 

Baru kemarin sore, saya layangkan protes ulang ke Provider A. Kali ini lebih keras. Melalui media sosialnya. Saya menyadari, cara ini kurang etis. 

Sepanjang hari, layanan telpon gagal tersambung. Konfirmasi email tiada berbalas. Pilihan tersisa dua, menunggu dalam ketidakjelasan atau mendesak kepastian. 

"Kami memilih anda karena selama ini anda memiliki reputasi yang baik. Pengalaman belasan tahun. Layakkah masalah ini berlarut-larut? Seminggu ini kami dihadapkan pada penantian panjang. Mohon beri kami timeline yang jelas terkait recovery server!", Begitulah kira-kira. 

Protes saya terjawab. Direct message masuk, dari Provider A. Negosiasi terjadi. Saya memohon dengan sangat. 

"Malam ini, seluruh tim technical kami lembur, Pak, segera kami selesaikan".

"Beri kami kepastian deadline. Maksimal Senin bisa kah? Akan saya umumkan ke civitas", desak saya.

"Sanggup, Pak", jawabnya. 

Janji itu datang lebih cepat. 

Dini hari menjelang subuh, beberapa email masuk. Mengabarkan jika server kampus sudah pulih seutuhnya. 

Saya apresiasi tinggi perjuangan Provider A soal recovery server. 

Seminggu terakhir, saya dan Tim IT kampus bertanggung jawab penuh untuk memulihkan keadaan. Tanpa server, kampus bagaikan seonggok jasad tanpa ruh. Ada puluhan proses bisnis terhenti. Ada sekian rencana pengembangan tertunda. Jikalau keadaan memburuk, kami siap disalahkan. 

Petaka itu tiba kamis lalu, server kampus ketiban apes. Bersamaan dengan kumandang adzan dhuhur di Masjid Agung, tiba-tiba saja server down. Hanya server dedicated. Sementara beberapa virtual private server masih aktif. 

Sesuai prosedur, saya cek, apakah karena blocked IP. Ternyata tidak. Saya periksa status suspend. Tidak ada masalah. Saya telpon provider. Teratasi. Hanya kendala ringan. Cukup restart ulang. 

Selang setengah jam, down lagi. Kali ini situs provider ikutan down. Praktis, komunikasi dengan provider terputus. Perasaan saya tidak tenang. 

Mimpi buruk itu terjadi. Siapa yang menyangka jika Gedung Cyber 1, tempat utama data center negeri ini terbakar hebat. Naasnya, data center itu menjadi acuan lokasi server sebagian provider besar. Termasuk Provider A, tempat kami sewa server dedicated. 


Bagaimana nasib server kampus di gedung itu? Kekhawatiran kami beralasan. Andai server fisik ikutan terbakar dan data kampus hilang, betapa berat perjuangan kami selanjutnya. 

"Tenang Pak, kan kita punya backup server", Staf IT kampus berusaha menenangkan keadaan.  

Benar juga. 

Provider A dengan cepat memberi kabar. Ternyata, lokasi backup server juga ada di gedung yang terbakar. 

Ingin saya menertawakan kekonyolan ini. 

Kami intens mengikuti perkembangan situasi. Angin segar datang. Kebakaran terjadi di Lantai 2, sementara server kampus di Lantai 3. Nyaris saja. 

Kami lega. Data kampus aman seluruhnya. 

Namun, jangan dikira masalah selesai. Esok harinya, server tak kunjung menyala. Seluruh ruangan dalam gedung disegel police line. Pusat power supply diputus. Puslabfor Mabes Polri terjun langsung menginvestigasi. Mencari tahu penyebab dan penanggungjawab. Masalah ini jadi isu nasional. Membuka borok baru ketidakamanan data center di Indonesia. 

Dugaan kebakaran masih spekulatif. Peluang besarnya ada di konsleting listrik. Benar-benar tidak keren. Selevel data center harus kolaps karena konsleting listrik. 

Kali ini, masalah baru muncul. Provider A dan provider lain kesulitan mengaktifkan kembali seluruh server. Menunggu investigasi selesai. 

"Ah betapa lama", keluh saya. 

Dua hari, tiga hari, empat hari, server tidak kunjung bisa diaktifkan. Entah, birokrasi rumit apa yang dihadapi Provider A. 

Hari kelima, keputusan sulit itu diambil Provider A. Seluruh server dipindahkan ke data center lain. Tidak layak mempertahankan Gedung Cyber 1. Meski server jenis dedicated dapat jatah pemindahan terakhir. 

Kami sengaja memilih penempatan server di Indonesia karena terbius rayuan Mbah Alim Markus, "cintailah ploduk-ploduk Indonesia". 

Kami percaya, kemampuan technical negeri kita dalam penataan teknologi informasi tidak kalah hebat dibandingkan negara luar. Dan itu sudah terbukti secara kualitas. 

Beribu sayang. Kepercayaan kualitas itu tak diimbangi jaminan keamanan dan mitigasi bencana. Petaka Gedung Cyber buktinya.

Posting Komentar untuk " Petaka Gedung Cyber"