Menyepi di Makam Syekh Sentono Dhowo
Ada rencana singgah di Masjid Makam Syech Subakir untuk Sholat Asar. Lokasinya berdekatan. Hanya selemparan batu dari Museum Penataran. Sekalian mengunjungi situs sejarah yang diperdebatkan itu. Entah hanya petilasan atau Makam Syekh Subakir. Setahu saya, Makam Syekh Subakir yang terkenal ada di Gunung Tidar, Magelang. Ada juga di Tanjung Awar-Awar, Tuban. Apakah di Penataran, Blitar menjadi makam yang ketiga? Saya meyakininya petilasan. Namun, sejarah tidak cukup hanya sekadar asumsi dan keyakinan. Fakta historis harus didukung bukti otentik.
Ternyata Pak Saif punya rencana lain.
"Pak, gimana kalau kita sholat di Sentono Dhowo?"
"Wah, menarik tuh, apa itu, Pak?" tanya saya penasaran.
"Ada makam yang dikeramatkan masyarakat. Sering dikunjungi untuk ziarah. Sekarang, dekat lokasi makam dibangun masjid, bagus".
Saya setuju. Semoga lain waktu kesampaian mengunjungi Petilasan Syekh Subakir. Apalagi diajak ke makam keramat lainnya. Saya suka yang bau-bau keramat begini.
Tradisi baik yang diwariskan oleh guru kami di Majelis Jagad Shalawat adalah berziarah ke makam ulama dan auliya'. Tiap kali kami silaturrahim ke tempat kawan-kawan majelis, dimanapun kabupatennya, akan kami kunjungi pula makam wali masyhur maupun mastur ditempat itu. Ziarah kubur menjadi washilah untuk melembutkan hati dan ingat mati. Sudah lama hati ini mengeras karena cinta dan nafsu dunia.
![]() |
Makam Syekh Badruddin atau Syekh Sentono Dhowo |
Lokasi Makam Syekh Sentono Dhowo tidak terlalu jauh dengan Museum Penataran. Beberapa menit berkendara ke utara. Berada atas bukit kecil di tengah area persawahan. Kami harus menaiki anak tangga menuju lokasi makam. Melewati paseban yang dibagian depan ada batu marmer indah. Terdapat ukiran tanda tangan Bupati Blitar. Ada jejak peresmian paseban tahun 2013 silam.
Paseban ini semacam balai pertemuan. Saya membayangkan, betapa nikmatnya mengadakan majelis sholawat di paseban itu. Suasana yang hening akan memunculkan kekhusyukan.
![]() |
Paseban Makam Syekh Sentono Dhowo |
Sayangnya, masjid belum selesai dibangun. Padahal dari jauh terlihat kubahnya yang megah. Oleh juru kunci makam, kami disiapkan tikar kecil. Ada musholla untuk sholat asar.
Kami turun tangga lagi untuk ambil air wudlu. MasyaAllah, segar sekali airnya. Lokasi makam memang berada di Kaki Gunung Kelud. Suasananya tenang, airnya segar, udaranya sejuk. Tempat yang sesuai untuk menyepi dari hiruk pikuk dunia.
Saya minta Pak Saif untuk memimpin tahlil disamping Makam Syekh Badruddin. Syekh Badruddin inilah yang dikenal dengan Syekh Sentono Dhowo. Ada beberapa makam ulama lain di tempat itu. Makam Syaikh Badrul Alim dan Syaikh Badrul Zaman yang terpisah di bagian barat.
Saya penasaran. Bagaimana sejarah tempat ini? Mengapa dinamakan Sentono Dhowo? Adakah keterkaitannya dengan Petilasan Syekh Subakir?
Saya mencari literatur ilmiah yang membahas Sentono Dhowo. Sulit sekali. Tidak banyak sejarah kuno di pelosok daerah yang dituliskan di jurnal ilmiah. Sementara hanya literatur yang dituliskan di blog-blog pribadi.
Setidaknya, saya menemukan tulisan menarik dari Dr. Arif Muzayin Shofwan yang membahas Makam Syekh Sentono di blog pribadinya [1]. Sementara ini, baru beliau yang saya tahu sangat getol mengunjungi situs sejarah, terutama di wilayah Blitar. Kemudian menuliskan dalam buku sejarah. Beberapa kali saya bertemu beliau di Kampus UNU Blitar. Saya memuji beliau karena begitu produktifnya menghasilkan buku. Semoga beliau juga berkenan memperbanyak tulisan riset sejarahnya di jurnal ilmiah.
Literatur menarik tentang Makam Sentono Dhowo lainnya ada disini [2]. Literatur itu berusaha menguak inskripsi jawa kuno berupa prasasti yang terpahat di Batu Nisan Makam Syekh Sentono Dhowo. Prasasti itu menyebutkan angka tahun yang sangat bersejarah. Tahun 1157/1158 Saka. Setara dengan 1235/1236 Masehi. Sezaman dengan Kerajaan Singhasari. Apakah Syekh Sentono Dhowo wafat pada tahun itu? Lagi-lagi butuh riset sejarah.
Andai itu tahun wafatnya Syekh Sentono Dhowo. Maka terkuaklah fakta sejarah baru perihal penyebaran islam di Jawa. Selama ini, penyebaran islam di Jawa sangat Pantura Oriented. Acuannya adalah Makam Fatimah binti Maimun (wafat 1028 M) di Leran, Gresik. Seakan-akan islam tersebar hanya berkutat di Utara Jawa. Padahal, mungkin saja, sebelum era Majapahit berdiri, islam sudah berkembang di Blitar, wilayah Selatan Jawa. Bukti otentiknya adalah Makam Syekh Sentono Dhowo. Ini hanya hipotesis. Semoga saja benar.
Referensi:
Posting Komentar untuk "Menyepi di Makam Syekh Sentono Dhowo"