Kunjungi Museum Penataran, Dikira Dari BPCB Trowulan
Kami disambut senyuman dua petugas museum di meja resepsionis. Ada seorang perempuan yang menyodorkan buku tamu. Seorang lagi bapak parobaya yang menyambut kami dengan ramah di dekat pintu.
"Asalnya darimana, mas?" Sapa beliau.
"Mojokerto, Pak", jawab saya mantap.
"Oh, silakan mas, dari BPCB Trowulan ya?"
Saya tersenyum lebar. Sayangnya tertutup masker. Hanya karena saya kebetulan asli Mojokerto yang bekerja di Blitar, nama besar BPCB Trowulan pun ikut terbawa-bawa.
Setiap kali ke Blitar, saya pasti melewati depan kantor BPCB. Terletak di Kecamatan Trowulan. Sebelah kiri jalan, jika melewati by pass Mojokerto-Jombang. Tertulis jelas di depan kantornya, "Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Timur'. Sepertinya, balai itu yang diberikan wewenang negara untuk mengelola dan melestarikan cagar budaya se-Jawa Timur. Tiap kali ditemukan situs-situs purbakala, BPCB Trowulan pasti disebut-sebut. Bahkan berperan aktif dalam proses ekskavasi situsnya.
Tak biasanya saya bertandang ke tempat wisata sejarah di hari efektif kerja. Sore itu, saya ditemani Pak Saif, rekan sesama dosen sekaligus sosok penting di UNU Blitar. Kami punya kesamaan. Sesama penikmat sejarah.
Karena baru pulang ngampus, saya pakai baju hem rapi lengan panjang, berfantofel dan menggunakan name tag. Mungkin, itu yang jadi sebab, saya dikira dari PBCB Trowulan. Benar-benar "ajine rogo soko busono". Penampilan bisa menipu orang.
Saya registrasi di buku tamu museum. Ternyata hari itu, saya dan Pak Saif menjadi pengunjung pertama. Padahal sejam lagi museum akan ditutup. Sedih sekali melihat museum sejarah sepi peminat. Padahal disitulah, serpihan jejak peradaban bangsa ini tersisa.
"Apa BPCB Trowulan sering kesini, Pak?" tanya saya.
"Ndak lah, mas, justru kamilah yang berkunjung kesana"
Beliau mengenalkan diri sebagai Pak Dar. Asli Garum. Pensiunan guru dari salah satu SMP Negeri di Ponggok.
"Saya guru kesenian mas, tapi tertarik dengan sejarah, oleh pihak museum diminta jadi juru pelihara disini".
Saya menjelaskan jika saya bukan dari BPCB Trowulan.
"Saya mengajar di UNU Blitar, Pak"
"Oh begitu, mengajar nopo mas, kok sampai berkunjung ke museum?"
"Ngajar di Fakultas Ilmu Eksakta, Pak"
Pak Dar setengah tertawa.
Kami menikmati penjelasan beliau yang setia menemani kami sembari menunjukkan benda-benda purbakala.
"Mesum ini koleksinya masih sedikit, mas. Maklum, hanya menampung benda purbakala di wilayah Blitar saja".
Museum penataran ini tidak lebih besar dari Museum Trowulan. Ada pula arca-arca yang memiliki kesamaan bentuk. Saya ndak tahu apa saja jenisnya. Yang saya kenali hanya lingga-yoni saja. Simbol kejantanan dan kesuburan. Simbol pelestari kehidupan.
Posting Komentar untuk "Kunjungi Museum Penataran, Dikira Dari BPCB Trowulan"