Mengenang Stasiun Mojosari, Dimanakah Kini?
Salah satu transportasi umum yang paling saya sukai adalah kereta api. Ya, kereta api seolah menjadi solusi jitu bagi para pengguna jalan yang suka mengeluh gara-gara jalan raya makin macet. Bagi saya, sungguh menyenangkan rasanya naik kereta api sambil menikmati detik demi detik perjalanan, memandang hijaunya persawahan, menyaksikan para petani dan kerbau-kerbaunya, belum lagi jika melintasi hutan, menatap hijaunya perbukitan, hingga merasakan sensasi berbeda ketika kerepa api berjalan menyusuri terowongan yang gelap. Ah, you're the best one, train!!
Terbersit dibenak saya, andai saja saya bisa setiap hari ke kampus dan ke kantor naik kereta. Duduk tenang di kursi penumpang sambil baca buku. Barangkali mirip tipis-tipis kayak suasana di Jepang, hehe. Saya jadi kepikiran tentang perkeretaapian di kabupaten tempat kelahiran saya, Mojokerto. Hingga saat ini, tercatat hanya ada satu stasiun besar yang menjadi tumpuan masyarakat Mojokerto jika ingin bepergian via kereta api, yakni Stasiun Mojokerto. Uniknya, Stasiun Mojokerto berada di wilayah administratif Kota Mojokerto, hal itulah yang menjadikan Kabupaten Mojokerto tak memiliki satu pun stasiun kereta api di wilayah kecamatannya.
Padahal, jika kita tilik sejarah Mojokerto masa lalu, setidaknya ada lembaran bukti sejarah yang menyatakan bahwa dahulu dari Stasiun Mojokerto terdapat jalur kereta api menuju Porong melewati Mojosari dan Japanan, kemudian di Japanan terdapat percabangan menuju Bangil melewati Pandaan. Jalur itu aktif pada zaman Hindia Belanda yang dikelola oleh Perusahaan Modjokerto Stoomtram Maatschappij (MdjSM). Catatan terakhir menyebutkan, jalur yang menuju Porong tersebut masih bisa beroperasi hingga tahun 1969. Andaisaja jalur itu masih ada, mungkin kereta api tujuan jawa bagian timur seperti Probolinggo, Jember dan Banyuwangi tak perlu memutar lewat Surabaya seperti saat ini.
Jalur rel non aktif Mojokerto - Mojosari setidaknya masih bisa dilihat hingga sekarang walaupun sebagian besar sudah tertimbun tanah, aspal dan berbagai bangunan yang berdiri di atasnya. Terutama rel kereta yang berada bersebelahan jalan raya bangsal. Jika jalan raya itu dilebarkan, kemungkinan jalur kereta itu bakal tertimbun aspal selamanya. Hal ini tentu menjadi salah satu bukti bahwa, jalur kereta api Mojokerto - Mojosari memang pernah ada dan bukan hanya sekadar cerita masa lalu.
![]() |
Penampakan bekas jalur kereta api Mojokerto - Mojosari (sumber dipomojosari.com) |
Saya memang tertarik untuk menuliskan fakta-fakta sejarah seputar Mojosari, terutama perihal adanya stasiun kereta api di masa silam. Bahkan saya rasa, sudah jarang generasi masa kini seusia saya atau pun lebih muda dari saya yang mengetahui bahwa Mojosari setidaknya sudah menjadi wilayah penting sejak puluhan bahkan ratusan tahun silam. Salah satunya dibuktikan dengan adanya stasiun kereta api mojosari. Saya lihat di daftar stasiun mati (non-aktif) di Indonesia, ternyata Stasiun Mojosari tidak tampak dalam daftar. Itu artinya, Stasiun Mojosari sudah bukan lagi stasiun mati, namun sudah menjadi stasiun yang hilang digilas zaman, mungkin sekarang sudah berubah fungsi sehingga tak lagi tampak ada bekas stasiun disana. Ini yang menarik untuk diulas.
Saya tertarik untuk mengulas dimana kira-kira tempat Stasiun Mojosari dulunya berada. Saya menemukan gambar sketsa yang menarik tentang perkiraan lokasi Stasiun Mojosari berada. Sketsa itu menyatakan bahwa eks Stasiun Mojosari berada di wilayah yang sekarang kita kenal dengan Pasar Raya Mojosari. Cukup masuk akal karena jika jalur rel non aktif di sepanjang jalan raya bangsal tadi kita ikuti ke arah timur menuju Mojosari, maka pasti akan melewati Pasar Raya Mojosari. Selain itu, pada sketsa juga diperlihatkan adanya satu jalur kereta yang menyimpang ke arah bawah (arah selatan). Kemungkinan besar, itu jalur kereta menuju Pabrik Gula Mojosari. Pabrik Gula Mojosari? memang pernah ada?
Pabrik gula mojosari berada tepat di tengah kota Mojosari, yaitu di sebelah barat pertigaan Adipura. Saya pernah membaca literatur sejarah yang menyebutkan bahwa pembangunan lokasi Pabrik Gula Mojosari ini didasarkan atas adanya stasiun kereta api berjarak tak terlalu jauh, sehingga memudahkan pendistribusian gula ke pelabuhan atau ke kota-kota lain. Pada waktu itu, Hindia Belanda mengandalkan sarana kereta api untuk mengangkut penumpang dan barang. Kini, peninggalan sejarah Mojosari berupa pabrik gula ini sudah tidak bersisa sama sekali. Mungkin hanya segelintir masyarakat mojosari yang pernah tahu bahwa dulu ada sebuah pabrik gula besar di daerahnya. Yang saya tahu, sejak saat kecil, bangunan ini sudah menjadi pabrik kertas besar, namun seiring waktu, pabrik itu juga dirobohkan dan sekarang sudah berganti menjadi perkumpulan ruko dan area perumahan. Amat disayangkan.
Meskipun saya belum menemukan bukti-bukti sejarah lain yang lebih konkrit perihal Stasiun Mojosari. Semoga ulasan ini cukup menguatkan bukti bahwa sejak zaman belanda pun, transportasi massal kereta api sudah diterapkan di wilayah Kabupaten Mojokerto, terutama di wilayah Mojosari. Bukankah ini sebuah kemunduran jika hari ini sudah tidak ditemukan lagi transportasi massal kereta api yang beroperasi di Mojosari? Saya merindukan masa-masa indah kereta api di Mojosari bangkit kembali. Beberapa tahun mendatang, Mojosari bukan lagi kota kecil yang tak berpengaruh. Pemindahan pusat Kabupaten Mojokerto ke wilayah Mojosari akan memberikan pengaruh luas. Adanya transportasi massal anti macet macam kereta api tentu saja memberikan manfaat besar. Jika bukan kereta api, trem pun bisa jadi pilihan jitu. Semoga suatu saat bisa menjadi kenyataan.
Mojosari, 15 Desember 2016
[…] Sekarang berlanjut ke peninggalan zaman penjajahan. Mojosari juga menjadi saksi bisu akan geliat berkembangnya pembangunan pada masa penjajahan. Walaupun sekarang tidak semua bangunan kuno masih dapat terlihat, setidaknya ada beberapa bangunan penting yang sampai sekarang masih berdiri kokoh, seperti rumah kuno, tandon air, kantor pos ada juga rel kereta yang kini sudah terkubur pembangunan modern. Rata-rata tahun yang tertera pada bangunan kuno itu berkisar antara 1900-an hingga 1920-an. Khusus peninggalan sejarah berupa Stasiun Mojosari, saya tuliskan artikelnya di Mengenang Stasiun Mojosari, Dimanakah Kini?. […]
BalasHapusSaya 30 September pas melewati Mojosari, tergerak menelusuri jejak St Mojosari dan berhasil menemukannya. Lokasi tak jauh dari jalan raya meski memang masuk ke gang. Ada banyak patok PT KAI di sekitarnya
BalasHapusSaya juga masih ingat betul dlu di samping RS Arofah Mojosari itu juga ada tiang plang pemutus jalur rell kreta api yg mungkin itu sebuah saksi bisu klo di area situ pada jamanya banyak persimpangan jalur rell kreta api,namun sangat disayangkan tiang plang tersebut diambil dan robohkan karna ada beberapa perbaikan trotoar waktu itu. #L.A13
BalasHapusAda yg punya foto stasiun Mojosari???
BalasHapus