Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Andaikan Ini Ramadhan Terakhirku

Kawanku, hari ini adalah hari terakhir dari Bulan Ramadhan yang dimuliakan. Akan begitu banyak keistimewaan yang bakal meninggalkan kita. Tak heran jika dulu para sahabat rasul begitu sedih dan terpukul ketika mengetahui ramadhan akan segera berakhir. Mereka merayu-rayu Rasulullah untuk memohon kepada Allah agar seluruh bulan dijadikan Bulan Ramadhan. Mengapa? Karena Bulan Ramadhan adalah satu-satunya bulan ketika nafas kita menjadi tasbih dan tidur kita menjadi ibadah. Bulan dimana pertama kali Al-Qur'an diturunkan. Bulan dimana Allah membuka pintu surga lebar-lebar. Bulan dimana Allah memberikan diskon besar-besaran dihapusnya dosa-dosa kita yang telah lalu.  Bulan dimana Allah memberikan bonus ganjaran berlipat-lipat ganda hingga 700 kali lipat. Bulan satu-satunya dimana kita diwajibkan menjalankan ibadah. Bulan dimana doa kita langsung melesat menembus Sidratul Muntaha, hingga menjadi Bulan dimana Allah menjanjikan kegembiraan besar berupa pertemuan dengan-Nya kelak.



Pernahkah kita berfikir, akan jadi apa kita nanti jika Allah tidak menjadikan Bulan Ramadhan sebagai scanner anti dosa yang dengan gigihnya membasmi berbagai gangguan system error dalam keimanan kita. Barangkali CPU kita sudah hang berat, akibat banyaknya virus-virus dosa yang menggerogoti. Jadi, kita akan tetap membutuhkan Ramadhan sebagai bulan pembersihan jiwa.

Namun, bagaimana jika bulan dasyat ini menjadi bulan akhir kita?

Sebelum bulan ini beranjak berakhir dan kembali menjauh, coba tanyakan pada diri :
Maka, andaikan datang Malaikat Izrail menyampaikan sehelai surat dari Allah yang menetapkan bahwa Ramadhan tahun ini adalah Ramadhan terakhirku, maka mulai saat ini juga saya akan menyungkur sujud menangisi segala noda dosa yang telah menumpuk dan menutupi dinding hati saya.

Ya, andaikan saya diberitahu oleh Allah bahwa Ramadhan tahun ini adalah Ramadhan terakhir saya, tidak pelak lagi saya akan mengakhiri Ramadhan dengan tangisan tobat. Saya akan menyungkur di hadapan-Nya untuk mengakui segala kesalahan dan meminta maaf dengan sungguh-sungguh kepada Allah. Kemudian, saya akan datangi orang-orang yang pernah saya dzalimi. Saya datangi mereka satu per satu dan akan mengakui segala kesalahan saya–sekecil apapun–di hadapan mereka tanpa banyak berpikir risiko apa yang akan saya hadapi nantinya.

Andaikan surat peringatan maut itu ditujukan kepada saya, saya yakin semangat saya akan terpacu menuju puncak gairah ibadah yang dahsyat. Saya tidak lagi berminat mengisi malam-malam dengan nyenyaknya tidur. Saya akan tidur hanya sejenak sebagai syarat untuk bisa menunaikan tahajud. 

Di malam hari, akan saya sibukkan diri  ber-qiamullail dan bertahajud.  Saya tidak akan pernah lagi mengeluhkan beratnya puasa. Saya isi detik-detik sisa usia dengan alunan dzikir. Saya alunkan kalamullah. Saya renungi setiap ayat-Nya. Saya infakkan semua yang bisa saya infakkan. Saya siap membantu siapa pun yang membutuhkan bantuan saya. Saya tidak akan menyibukkan diri dengan aktivitas yang tidak bernilai di hadapan Allah. Sedetik pun tidak ada waktu saya yang terlewatkan dari kebaikan, ibadah, dan dzikir kepada-Nya.

Allahu Akbar...

Allahu Akbar...

Allahu Akbar...

La Ilaha Illallahu Wallahu Akbar, Allahu Akbar Walillahilhamd

Selamat Hari Raya Idul Fitri, kawan. Saya hanyalah manusia yang tak akan pernah luput dari salah dan lupa. Mohon Maaf atas segala khilaf.

Posting Komentar untuk "Andaikan Ini Ramadhan Terakhirku"