Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ada Secengkeh Pisang dan Sekendi Air Saat Pemakaman, Untuk Apa?

Kemarin malam, saya ikut menguburkan jenazah tetangga yang meninggal karena kecelakaan. Ya, memang hidup dan mati seseorang adalah rahasia ilahi. Tiada yang tahu kapan kita dipanggil oleh Allah bahkan tanpa ada pemberitahuan sebelumnya. Usia beliau terhitung masih muda ketika meninggal dunia namun sudah berkeluarga dan dikaruniai putra-putri yang lucu. Saya bersaksi bahwa beliau adalah tetangga yang ramah dan suka menyapa. Sejak saya kecil hingga besar seperti sekarang, beliau senantiasa menyapa duluan jika papasan. 

Dalil agama sudah terpatri, bahwa takdir seluruh makhluk hidup sudah tergores di lauhul mahfudz. Tiada yang menyangka, 2 minggu lalu, truk yang beliau kendarai mengalami pecah ban hingga oleng tak terkendali. Naas, dari arah berlawanan muncul truk kontainer yang menabrak truk beliau hingga remuk. Beliau mengalami patah tulang cukup parah dari leher hingga kaki. Sempat dirawat di RSUD Dr. Soetomo Surabaya hingga ajal menjemput beliau. Semoga Allah mengampuni beliau dan mencatatnya sebagai syahid karena meninggal saat mencari nafkah untuk keluarga. 

Meskipun tetanggaan, secara administratif beliau tercatat sebagai warga desa sebelah. Oleh karenanya, beliau makamkan di pemakaman desa sebelah. Tepat setelah shalat tarawih, jenazah diberangkatkan diiringi oleh puluhan warga desa.

Prosesi pemakaman berjalan seperti pada umumnya. Tapi, saya mengamati ada sesuatu yang janggal. Baru kali ini saya menjumpai ada prosesi pemakaman yang menggunakan 2 buah pohon pisang sebagai tambahan nisan. Ditambah adanya secengkeh pisang dan sekendi air berwadahkan layah, ditaruh diatas makam beliau. Padahal di desa saya tidak ada atau jangan-jangan saya yang kurang mengetahui. Biasanya cuma ada seember bunga dan sekendi air untuk menyirami makam. 

2 Pohon Pisang sebagai nisan dan secengkeh pisang serta sekendi air diatas makam
Karena penasaran, saya memberanikan diri untuk bertanya kepada salah satu warga setempat. Saya meyakini, tidak mungkin pisang dan kendi ditaruh begitu saja tanpa ada makna yang menyertai. Patut diakui, tradisi jawa seperti ini penuh makna filosofis, menyertai bayi yang baru lahir, menikahnya seseorang hingga wafat. 


"Pak, kok dikasih pisang?", tanya saya kepada salah satu warga. "Wah, ndak tahu saya mas, adat sini memang begini", jawabnya polos. Saya kurang puas mendengar jawabannya yang singkat dan tidak jelas itu. Sepulang dari prosesi pemakaman. Saya kembali bertanya pada ibu. Kebetulan di rumah juga ada tetangga yang agak tua. Mungkin beliau lebih mengerti perihal adat tadi. 
"Oh, kalau diberi pohon pisang diatasnya, itu menandakan bahwa yang dimakamkan itu belum punya menantu. Artinya meninggal masih muda. Dan meninggalkan anak yang belum menikah", jawab beliau ketika ditanya. 

"Lah kalau pisang secengkeh dan kendi, untuk apa?", saya berusaha menggali lebih dalam. "Biasanya secengkeh pisang itu kalau yang meninggal masih bayi. Tapi berhubung yang meninggal tadi bukan bayi, saya ndak tahu lagi ya..". Rupanya beliau juga tidak begitu faham. 

Lain di tempat saya, lain pula di Wonogiri, Jawa Tengah. Saya pernah diajak berziarah ke makam mbahnya istri di pelosok Wonogori, di lereng Gunung Lawu. Saya mengamati ada berbagai hasil alam yang memang sengaja di taruh di atas makam. Misalkan saja buah kelapa. Entahlah, saya pun kurang mengerti apa maksudnya. 

Jika ada diantara teman-teman yang faham makna filosofisnya. Silakan sharing ilmunya. Biar generasi kekinian tidak gagal paham. Tanah jawa memang menyimpan berbagai kearifan lokal yang luar biasa. Sebagai generasi muda, tentu kurang bijak rasanya jika kearifkan lokal tadi ujug-ujug divonis bersalah lalu dibenturkan dengan syariat, tanpa kita belajar memahami makna apa yang terkandung didalamnya. Jangan-jangan hanya berbeda kulit, tapi isinya sama-sama manis. 

Wallahu A'lam

Mojosari 7 Juni 2018

Posting Komentar untuk "Ada Secengkeh Pisang dan Sekendi Air Saat Pemakaman, Untuk Apa?"