Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ketika Kekuatan Gaib Kalahkan Teknologi Drone

Akhirnya, drone baru milik Pusat Studi Peradaban (PSP) Universitas Brawijaya terbang tinggi dengan gagah di langit Araya. Sore itu, saya dan beberapa teman PSP melakukan uji terbang untuk pertama kalinya menggunakan drone merk ternama yang baru saja dibeli. Saya kira cukup murah, drone tipe standar dengan harga 6 jutaan, namun kualitas mirip tipe profesional. Memang beberapa tahun belakangan, drone memiliki penggemar yang cukup banyak, entah itu untuk peliputan hingga sebatas hobi. Wajar bila dimanapun itu, terutama ditempat-tempat yang memiliki pemandangan bagus, mudah kita jumpai keberadaan drone disana. Mengambil gambar dari ketinggian memang memunculkan sensasi memukau. Sensasi itulah yang coba dimunculkan oleh teman-teman PSP, pastinya menarik jika situs-situs peninggalan sejarah dapat mereka abadikan dari ketinggian, terutama situs percandian. Pengambilan gambar dari ketinggian adalah bagian dari upaya pembuatan film pendek untuk profil candi tertentu. Kreatif.

Beberapa minggu berlalu sejak penerbangan pertama drone dilakukan. Saya tak mengikuti perkembangan sejauh mana tim PSP melakukan peliputan candi. Hanya saja, kabar terakhir yang saya dengar, mereka sudah bisa menerbangkan drone untuk meliput berbagai candi di wilayah Blitar dan Mojokerto. Hebat ya, tak sabar rasanya menyaksikan video profil setiap candi yang didalamnya diselingi pengambilan gambar dari udara. Pasti keren, bahasa kekiniannya sih ketje abiz.

Akhirnya, baru kemarin saya bertemu Co. Divisi IT-nya tim PSP, mas Brian namanya. Beliau yang bertanggung jawab banyak hal mengenai teknis pengambilan gambar di setiap candi yang dijelajahi tim. Termasuk beliau sendiri yang bertugas memiloti drone untuk mengambil angle gambar yang dirasa pas. Karena kami lama tak berjumpa, beliau bercerita banyak hal mengenai pengalamannya memiloti drone untuk peliputan candi. Meski secara umum peliputan candinya sukses, namun ada berbagai kejadian janggal beliau rasa sulit dijelaskan secara teknis. Tentang gangguan yang dialami oleh drone ketika terbang di atas candi tertentu. Terutama Candi Penataran di Blitar dan Candi Tikus di Mojokerto. Beliau menunjukkan luka-luka memar ditangan akibat terserempet baling-baling drone. "Apakah drone-nya jatuh, mas?" tanya saya menduga. "Lho, ini lebih dari sekadar drone jatuh, saya banyak mengalami kejadian aneh ketika menerbangkannya di atas candi, jadi gini ceritanya", beliau menceritakan dengan antusias.

Pembatas Gaib di Candi Penataran

Kejadian pertama yang beliau ceritakan adalah perihal adanya pembatas gaib yang melintang di atas kompleks Candi Penataran, tepatnya di bagian candi yang berukuran ramping (pada gambar terlihat berada paling depan). Berbagai literatur menyebutnya Candi Brawijaya, ada juga yang menamakannya Candi Angka Tahun. Pastinya, Candi Brawijaya ini adalah bangunan candi yang sangat dikenal di kompleks Candi Penataran. Candi Brawijaya inilah yang mesti diikutsertakan jika memotret penampakan kompleks Candi Penataran secara keseluruhan.
Kompleks Candi Penataran, Blitar (sumber : nnoart.com)

Awalnya, Mas Brian berniat menerbangkan drone dari depan kompleks candi hingga bagian paling belakang, yaitu di bagian bangunan utama candi yang berukuran paling besar. Rencananya, drone akan terbang melewati Candi Brawijaya dan mendaratkannya di sekitar bangunan utama candi. Jika perlu, drone akan memutar mengelilingi kompleks Candi Penataran untuk mendapatkan gambar yang variatif. Kendala pertama datang pada masalah perizinan, pada mulanya pihak petugas candi mengira tim PSP hanya meliput candi melalui kamera biasa, entah hanya memotret atau men-video sebagaimana pengunjung biasanya. Petugas candi baru tahu jika tim juga berniat mengambil gambar menggunakan drone, sehingga mau tak mau drone akan terbang tepat di atas kompleks candi. Setelah melalui berbagai lobi yang cukup alot, akhirnya tim diizinkan menggunakan drone untuk meliput candi.  

Drone terbang mulus sebagaimana yang telah direncanakan, hingga datanglah kendala yang dimaksud Mas Brian sebagai kendala 'janggal'. Ketika drone terbang tepat di atas Candi Brawijaya dan melaju ke arah bangunan utama candi, tiba-tiba drone terhenti, tak lagi mampu bergerak, namun baling-baling tetap berputar normal. Anehnya, drone hanya tidak mampu bergerak maju, tapi dapat bergerak normal ke arah kanan, ke kiri atau bahkan bergerak mundur. Tim mengira, masalah yang terjadi hanyalah persoalan teknis, barangkali sinyal maju yang dikirim dari remote control tak mampu ditanggap drone dengan baik. Drone terpaksa diturunkan untuk mengulang penerbangan sesuai rencana semula. Penerbangan drone kali kedua akhirnya dilakukan, lagi-lagi masalah tadi muncul. Drone dengan lancar bergerak maju, hingga mendadak terhenti tepat diatas Candi Brawijaya. Drone sama sekali tak mampu bergerak melewati Candi Brawijaya, namun tetap normal jika digerakkan mundur. Seakan-akan ada pagar gaib yang menghambat drone terbang melewati Candi Brawijaya. Tak menyerah oleh keadaan, akhirnya drone terpaksa diterbangkan mundur menjauhi Candi. Berharap untuk kali ketiga drone akan mampu menembus pagar gaib, drone digerakkan maju dengan kecepatan penuh menuju Candi Brawijaya. Tepat ketika akan melewati Candi Brawijaya, drone yang tadinya bergerak maju dengan kecepatan tinggi tiba-tiba malah memantul ke arah belakang. Kali ini tim benar-benar dibuat tercengang, apa yang sesungguhnya terjadi? Rupanya ada kekuatan tertentu yang bahkan teknologi secanggih drone pun tak mampu mengalahkan. Fenomena ini rupanya bukan mengarah ke persoalan teknis, lebih pelik dari itu. Fenomena yang pastinya sulit dijangkau oleh nalar manusia normal.

Pagar Gaib dan Drone Terbalik di Canti Tikus

Tak cukup hanya di Candi Penataran, kisah janggal juga dialami oleh tim ketika meliput Candi Tikus di Mojokerto. Padahal, drone saat itu telah digunakan dengan baik untuk meliput Candi Brahu, Mojokerto. Dan tidak terjadi hal-hal aneh. Kejadian yang dialami drone di Candi Tikus mirip seperti di Candi Penataran. Bahkan lebih menegangkan, karena disertai kejadian drone yang mendadak terbalik.
Candi Tikus, Mojokerto (sumber : kaskus)

Kejadian bermula ketika tim berusaha menerbangkan drone beberapa meter persis di depan Candi Tikus. Sebelumnya sudah dipastikan bahwa keadaan fisik drone baik-baik saja. Bahkan telah sukses mengambil gambar candi-candi lain dari ketinggian. Baru saja ketika drone diterbangkan, secara mengejutkan, tiba-tiba drone oleng dan terbalik. Merasa bertanggung jawab untuk menyelamatkan drone, akhirnya drone terpaksa ditangkap oleh Mas Brian dalam keadaan baling-baling masih berputar. Secara logika, drone akan oleng dan terbalik jika putaran salah satu baling-baling tidak imbang terhadap baling-baling yang lain. Sudah dicek dan ternyata tidak apa-apa. Untuk penerbangan kedua, ternyata drone juga oleng dan tiba-tiba jatuh.

Merasa ada yang kurang beres, akhirnya tim mencoba menerbangkan drone dengan titik terbang menjauh dari Candi Tikus. Walhasil, ternyata drone terbang secara normal. Tidak terbersit hal-hal aneh di benak tim. Hingga tibalah perasaan dejavu muncul, kejadian Candi Penataran terulang kembali di Candi Tikus. Drone terbang tinggi dan bergerak maju dengan mulus mendekati Candi Tikus, tepat ketika akan melewati Canti Tikus, drone tiba-tiba berhenti bergerak. Tim tetap memaksakan kehendak untuk menggerakkan maju. Tetap tak berhasil. Drone digerakkan mundur untuk kemudian digerakkan maju lagi. Tepat ketika berada di atas candi, lagi-lagi drone terhenti bergerak maju. Jika dipaksa bergerak maju, yang terjadi malah suara baling-baling terdengar mengerang keras dan drone tetap tak berkutik. Ah, pagar gaib muncul kembali menghalangi drone bergerak maju. Dua kali tim mengamali fenomena ini. Dan belum menemukan jawaban pasti apa yang menjadi penyebab hal itu terjadi.

Ketika Mas Brian bertanya kepada saya apa yang menjadi penyebab drone tak mampu melewati Candi Brawijaya dan Candi Tikus, saya hanya tersenyum kecut. Beliau mungkin melihat kebimbangan di wajah saya, antara bingung mau menjawab apa dan meragukan cerita. Agar lebih meyakinkan saya bahwa kejadian itu benar-benar dialami, saya juga dipertontonkan hasil rekaman video yang memperlihatkan bagaimana drone memang tak mampu melewati Candi Brawijaya. Secara teknis keadaan drone baik-baik saja, apalagi drone itu masih sangat baru. Jika memang ada kendala teknis, kenapa hanya terjadi ketika berada di atas Candi Brawijaya dan Candi Tikus, tidak di wilayah lain. Masalahnya, saya pun belum pernah mengalami pengalaman serupa manakala menerbangkan drone. Saya berusaha berpikir logis, namun tetap belum menemukan jawaban yang pasti. Atau jangan-jangan, ini bukan ranah saya untuk menjawab. Apakah ada campur tangan kekuatan gaib disana? Kekuatan gaib yang bisa mengalahkan teknologi secanggih drone. Wallahu’alam.

Malang, 6 Januari 2017

tanda-tangan

Posting Komentar untuk "Ketika Kekuatan Gaib Kalahkan Teknologi Drone"