Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Menjawab Teka-Teki Suara Misterius dan Pusaka Gaib di Belakang Rumah

Sudah lama saya menantikan kehadiran guru saya, Ustadz Bayu, untuk sejenak singgah di Blitar, tepatnya di tempat saya tinggal sekarang. Saya beruntung dapat berguru banyak ke beliau sejak zaman kuliah di Malang. Dalam naungan Majelis Ta'lim dan Dzikir Jagad Shalawat, saya dan kawan-kawan seperguruan digembleng secara spiritual dengan kajian kitab-kitab klasik. Juga dilatih kepekaan supranatural dengan olah batin. 

Melalui wasilah beliaulah, kami dikader untuk cinta para ulama, dengan rutin berziarah ke makam auliya', baik yang mashur maupun mastur, serta sering-sering sowan kepada kyai dan habaib. Oleh beliau, saya diijazahkan untuk beristiqomah mengamalkan wirid sebagaimana yang diamalkan oleh pengikut thoriqoh alawiyyin, yaitu Ratib Al-Haddad. Amalan ini pula yang berguna sebagai doa perlindungan diri, dari gangguan hal-hal negatif yang tak kasat mata. 

Meski saya kurang peka dalam hal supranatural, hati saya tetap tenang, karena yang terpenting saya memiliki guru yang sensitif batinnya.  

Sebelum saya hijrah ke Blitar, beberapa kali beliau hadir di kediaman saya di Mojokerto. Sempat menangani kesurupan massal di salah satu sekolah, sekaligus memecahkan misteri suara orang mengucapkan salam, namun tanpa wujud. Ya, hanya suara saja. Itu terjadi di rumah saya sendiri. Jika tidak diindahkan, suara salam itu bahkan bisa masuk rumah hingga memanggil-manggil nama penghuni rumah. Hi, seram. Saya begidik ngeri kalau mengingat itu. Belum lagi suara sinden yang pernah menggangu saya tengah malam dari samping rumah. Mengenai cerita itu, sudah saya tuliskan dalam artikel khusus di blog.

Ketika minggu lalu beliau menghubungi saya akan rihlah ke Blitar, saya spontan mengiyakan dengan hati bahagia. Saya siapkan jamuan sarapan untuk beliau dan rombongan. Hari itu, beliau menyisihkan kesibukan waktunya untuk silaturrahmi menemui para murid. Alhamdulillah, masih dianggap murid. Berkunjung ke tempat saya dan Mas Wilda. Sekalian sowan ke kyai sepuh di Blitar dan ziarah wali.

Saya kontak Mas Afif untuk izin meminjam belakang rumahnya. Bukan apa-apa. Saya ingin Ustadz Bayu melihat langsung lokasi munculnya suara misterius dan pusaka gaib yang sudah lama saya rindukan. Eh, maksudnya sudah lama bikin saya kepikiran. 

Kalau bikin resah sih tidak. Wong jelas sudah tahu, jika itu memang gangguan jin. Hanya saja, teka-teki munculnya suara misterius dan pusaka gaib harus terpecahkan. Hal mistik yang sifatnya metafisika harus dijawab oleh ahlinya.


 

"Tempat ini kok nyaman sekali, Ris", ujar Ustadz Bayu membuka percakapan. Selain Ustadz Bayu, ada Ustadz Irham dan Ustadz Fatoni yang menemani. Sambil sarapan secara lesehan menghadap kolam koi, saya ceritakan tempat munculnya suara misterius dan pusaka gaibnya. 

"Memang nyaman, Ustadz. Seperti sedang makan di tempat lesehan beneran", jawab saya santai. 

"Bukan itu, tempat ini memang nyaman bagi makhluk astral", ungkap beliau. Rasa penasaran saya melejit. Pernyataan beliau di luar dugaan saya.

"Maksudnya, nyaman pripun, Ustadz?", saya berusaha mengejar mencari kepastian jawaban.  

Sambil santap makan, saya tak lepas memperhatikan sorotan tajam mata beliau. Menatap tiap sisi dari sudut belakang rumah. Saya menanti beliau mengungkapkan sesuatu.

"Tempat ini seakan sudah diatur supaya makhluk astral nyaman berada di sini".

Deg. 

Perasaan saya seperti liriknya Ebiet G Ade, 

Tubuhku terguncang dihempas batu jalanan. Hati tergetar menampak kering rerumputan.

"Siapa yang membuat nyaman, Ustadz?", tanya saya lagi. 

"Apakah ada penghuni tempat ini sebelumnya, sebelum samean, yang memiliki ilmu gaib?", Ustadz Bayu balik bertanya.

Ingatan saya langsung tertuju ke kakek dari Mas Afif, yang diceritakan memiliki lelaku kejawen. Sayang. Sayang sekali. Hari itu Mas Afif tidak ada di rumah. Sedang bertandang ke Madiun. Andai beliau di rumah, tentu akan ada dialog menarik. Teka-teki gaib bakal lebih tereksplorasi dengan tuntas. Saya tidak dapat menjawab pertanyaan Ustadz Bayu seputar amalan apa yang dilakukan oleh sang kakek sebelumnya, hingga kaitannya dengan tempat belakang rumah yang "sengaja" dibuat "nyaman" untuk makhluk astral.

Mas Bayu turun ke rerumputan. Mengitari sudut-sudut halaman belakang. Sesekali beliau fokus ke pandangan tertentu dengan sorotan tajamnya. 

"Mayoritas energinya positif, Ris."

Alhamdulillah, saya agak plong.

Beliau menambahkan, "Karena tempat ini sengaja dibuat nyaman, banyak makhluk astral yang berdatangan. Tapi tidak mengganggu. Justru makhluk astral ini terkadang merasa senang. Itulah sebabnya pusaka gaib sering muncul disini. Niatnya memberikan hadiah."

Saya mengangguk.

Mas Bayu melanjutkan, "Kemungkinan Mas Afif yang samean ceritakan itu memiliki kepekaan terhadap hal-hal mistik karena menurun dari kakek beliau."

"Tapi Mas Afif tidak ingin menerima hadiah pusaka gaibnya, Ustadz. Malah pingin rasanya hidup normal agar tidak menganggu kehidupan keluarga beliau".

"Nah, memang sebaiknya begitu", jawab ustadz bayu mantap. "Pada dasarnya, pusaka apapun yang bermunculan dari alam gaib, ya tetap jadi milik mereka, bukan milik kita, walaupun sudah diberikan ke kita. Sebaiknya memang dibuang saja. Buat apa juga".  

"Makhluk astralnya ndak peka juga sama manusia, Ustadz", sanggah saya. "Padahal manusia ini kan butuh uang buat kebutuhan hidup, kok bisa-bisanya ngasih pusaka". 

Ustadz Irham dan Ustadz Fatoni yang sedari tadi diam menyimak mendadak tertawa ngakak. Suasana yang tadinya hening menjadi cair. Saya coba menghangatkan suasana. 

Tak terasa tahu goreng satu piring amblas. Gorengan memang paling oke kala disantap sambil ngobrol santai begini. 

"Mugo-mugo iso bangun omah koyo ngene, Ris. Iso gawe sholawatan bareng". 

Saya mengaminkan doa Ustadz Bayu. Semoga terkabulkan ya Allah. 

"Ris, ndek omah iku opo ono wong?", tanya Ustadz Bayu, menunjuk ke pintu penghubung ke ruang tengah rumah Mas Afif. 

"Mboten wonten tiang, Ustadz. Kondisi rumah sedang kosong, pintunya nggih terkunci niku", jawab saya sekenanya. 

Saya dredeg lagi, jangan-jangan beliau dawuh "sesuatu" lagi.

"Dari tadi ada yang memperhatikan kita dari pintu itu."

Tuh kan. Saya merinding lagi. Bahkan ketika saya nulis artikel ini, saya masih merinding, apalagi nulisnya tengah malam. Hi.... 

"Ada sosok laki-laki sepuh, rambutnya pendek. Dari tadi melihat ke arah kita. Mungkin beliaunya penasaran sama kita".

Deg lagi. Perasaan saya campur aduk. "Beliau siapa, Ustadz?".   

Sebagai manusia normal, ada perasaan takut dalam diri. Saya berani memastikan, di dekat pintu itu tidak ada siapa-siapa. 

Ustadz Bayu tersenyum. Lagi-lagi sosok makhluk astral. 

Jangan-jangan itu sosok jin qorin yang mengikuti Mas Afif?

Entahlah. Ternyata, teka-teki di belakang rumah belum sepenuhnya tuntas. 

Posting Komentar untuk "Menjawab Teka-Teki Suara Misterius dan Pusaka Gaib di Belakang Rumah"