Pesona Kota Tuban, Kota Para Wali
Dinginnya udara pagi masih menyelimuti keheningan kamarku, Menyelinap melalui celah-celah kecil jendela kamar yang ku tutup rapat-rapat sejak sore hari. Memaksa menyapa seorang pemuda yang tengah asik bergumul dengan alunan mimpi. Siapa lagi kalau bukan "aku", hehehehe....
Dari celah jendela kamar sayup-sayup ku dengar alunan adzan shubuh, "Assholatu Khoirum Minan Naum" saling sahut-menyahut dari berbagai surau seantero kampung. Meskipun ku mengerti jelas arti lafadz tersebut namun, yah.... lagi-lagi gara-gara alasan klasik umat manusia pun juga sama dengan ku, "masih ngantuk" memaksa lafadz adzan harus terbuang percuma dari kedua telinga, ckckckck.... Masya Allah... NB : " Jangan di contoh ya "
Beberapa menit berlalu, "KRINGGGGGGGGG"..... Mata ku terbelalak saking terkejutnya, kurang ajar.. Jam Alarm HP yang memang ku setting agar aku bangun shubuh pun berdering. Ku menggerutu dalam hati... Ya Udah lah, lebih baik berterima kasih saja pada hapeku yang dengan setia membangunkan ku setiap pagi buta. Mudah-mudahan amal baik hapeku di balas oleh Allah, Amin... hehehehehe..
"Ris, ndang tangi o, iki engkok di ajak De Um nang Tuban", teriak ibu ku dari dapur. Oh... iya baru ingat, hari ini aku punya agenda baru, tidak apalah, toh tiap hari aku hanya jadi pengangguran bak tahanan rumah, apa salahnya jika ku habiskan hari kedua pekan minggu ketiga bulan Juni (mbulet) ini dengan "mbolang" tapi rombongan... huh... Ironisnya, yang mengajakku adalah rombongan wali murid salah satu TK dari kawasan Glagah, Pacet. Yang pastinya mayoritas penumpangnya adalah Ibu-ibu.. huhuhuhuhuhu... tak apalah.... toh nanti aku juga ditemani oleh Budhe, Ibu, adik dan keponakan. Yang semuanya juga cewek.... hwa.......
Kesibukan pagi membuatku sedikit lupa waktu, ikan "tempe" atau lebih tepatnya "tempe" yang di lantik jadi ikan di atas meja kusambar habis. Cicak pun hanya diam melotot mengamati seorang anak manusia yang kelaparan sepertiku. hahahaha... Tepat pukul delapan pagi lebih beberapa menit, hape hitam kecil yang lusinan kali terjun bebas ini berdering lembut. whut.. whut.. whut... memaksa pemiliknya membaca pesan masuk. "Ris, Bisnya sudah berangkat dari Pacet, bisnya warna kuning, cepat tunggu di perempatan awang-awang aja". Siapa lagi kalau bukan dari "Iboe", yang sudah berangkat duluan ke asal rombongan di rumah budhe di Pacet.
Untuk kesekian kalinya ku di paksa melakukan pekerjaan yang sangattt tak kusenangi, "Menunggu", jadi teringat lagunya ridho roma. Belasan menit berlalu, Hanya bisa melototi kendaraan yang berlalu lalang, berhenti, berjalan pelan... huh... namanya juga perempatan, kalau sepi ya kuburan... entah berapa kali angkot merah dari selatan yang menawari ku naik. "Mas, nang mojosari ta?" Sebuah pertanyaan yang ku rasa cukup kujawab dengan isyarat tangan. Lima belas menit kemudian, "Thin.. Thin... " bis jumbo kuning, tepat seperti yang ada dalam pesan, membuyarkan lamunan. Yeah.. "Akhirnya datang juga" Ehem, udah gratisan, duduk di depan pula. hahahahahaha... yang penting duduknya bukan di depan sopir. "tetet ciet, tetet ciet... greeeeeerrrrrrghhhhhh,.... " Ramai buanget, sulit rasanya menggambarkan ocehan puluhan kaum hawa dalam bis ini dalam bentuk tulisan.
Bis meluncur deras melewati ratusan rumah penduduk. Menuju daerah utara pulau jawa. Ku tak habis pikir, kenapa sopir bis lebih memilih jalan memutar lewat Krian menuju tol Surabaya- Gresik. Mengapa tidak lewat Dawar Blandong- Lamongan, kan lebih cepat? Oh iya... Baru ingat... bagaimana mungkin kondisi jalan yang sangat tidak nyaman seperti di Dawar Blandong di jadikan Alternatif rute wisata, pasti sopir akan berpikir ribuan kali untuk lewat sana. apalagi untuk bis besar.. Berbicara tentang Dawar Blandong yang notabene kaya akan hutan jati, kondisi jalan yang rusak parah di kawasan Utara Mojokerto ini sering sekali di keluhkan pengendara jalan, bahkan sosok nomor dua wilayah Jawa Timur, Bapak Wakil Gubenur Saifullah Yusuf (Gus Ipul) pernah menyinggung hal senada ketika memberikan sambutan Maulud Nabi di salah satu Ponpes daerah Dawar Blandong beberapa bulan silam. Bahkan secara tegas beliau "mengancam" pak Bupati MKP. Beliau tidak akan mau berkunjung ke kawasan Dawar lagi kalau jalan yang rusak parah itu tak segera di benahi.. hmm hmm hmm... Mantap Gus Ipul.... biar segera ada tindakan.
Eitz, back to my journey,,kondisi bis yang nyaman membuatku "lupa" akan kondisi jalan yang tak rata, bergelombang hingga lubang yang menganga di tengah jalan yang di terjang habis bis ini dengan gagahnya sepanjang perjalanan, wow wow... bagaimana tak nyaman, emang gratisan... hahahah, ternyata 3 jam saja sudah cukup untuk ku temui banyak tulisan bernada "Tuban" di mana-mana, perkiraan ku sampai di Tuban 4 jam tak terbukti. Sebagai Pertanda sampai di Kab. Tuban Yang paling mengusikku adalah tulisan besar yang semakin membuatku penasaran dengan Kota Tuban. "TUBAN KOTA WALI" Apakah yang membuat kota ini hingga di juluki kota wali? Bukankah hanya Ada makam sunan Bonang, Salah satu dari sembilan wali yang kharismatik itu??? Jadi penasaran... Tapi kalau dipikir-pikir, jika tulisan tadi dibaca dari belakang, menjadi tulisan tak bermutu yang tak akan menimbulkan rasa penasaranku, hehehe jadi "WALI KOTA TUBAN" . wwkwkwkwkwk....Okelah kawan... Petualanganku belum berakhir... Ikuti terus petualanganku ya...
![]() |
Penunjuk Arah Tempat Wisata Kawasan Tuban |
Posting Komentar untuk "Pesona Kota Tuban, Kota Para Wali"