Pemandian Telaga Semeru Lumajang, Mistis namun Eksotis
Sabtu, 27 Desember 2015 lalu rupanya menjadi momen yang cukup spesial bagi saya dan teman-teman komunitas Jagad Sholawat. Saat itu, kami mendapatkan undangan Maulid Nabi yang diselenggarakan oleh Pondok Pesantren Darus Sholihin, Puger, Jember untuk berkolaborasi dalam majelis maulid bersama teman-teman Al-Muhibbin, Buleleng, Bali. Berangkat jam 7 pagi dari Kota Malang, kami yang terdiri dari tujuh orang langsung meluncur menggunakan mobil rental yang sudah kami sewa selama 2 hari.
Setengah jam berlalu, rupanya ada ganjalan yang membuat kami agak gelisah, yaitu kebutuhan primer manusia untuk bertahan hidup, apalagi kalau bukan makanan untuk mengisi perut. Daripada bengong tak ada yang dimakan, langsung saja menuju salah satu indomart yang berada di Bululawang. Segera kami ambil pop mie dan air hangat, kopi hangat dan banyak lagi. Yang penting, jangan lupa untuk menjarah membeli segala macam makanan ringan sebagai bekal perjalanan.
Setelah sarapan, maka pikiran pun tenang. Kami lewat jalur selatan malang, mau tidak mau harus berjibaku dengan ekstrimnya jalur Dampit - Tirtoyud0 - Ampelgading - Pronijiwo. Serasa naik Rolly Coaster yang tiada henti, tikungan tajam, jalanan sempit, dan pemandangan alam lereng Gunung Semeru yang memukau menemani perjalanan kami selama lebih dari 2 jam.
Pukul 10.30, Alhamdulillah, rombongan kami sampai dengan selamat di tujuan pertama kami, rumah Ustadz Irham yang berada di Desa Sememu, Pasirian. Sengaja kami tidak langsung menuju ke Jember agar tidak terlalu kelelahan diperjalanan. Kami disambut baik oleh tuan rumah, orang tua beserta kakak Ustadz Irham. Bagi saya sendiri, ini kali ketiga saya berkesempatan dapat singgah di rumah beliau.
Pukul 12.30, setelah makan siang, muncul ide dari Ustadz Bayu untuk berkunjung ke tempat pemandian, mengingat cuaca siang yang begitu terik dan keinginan untuk berendam di air yang segar. Yeah... segera teman-teman mengiyakan, oleh tuan rumah kami diberitahu tempat pemandian yang cukup terkenal di daerah Pasirian, yaitu sumber air yang dijadikan telaga dengan nama Telaga Semeru. Baiklah, saya ngikut saja.
Lokasi Telaga Semeru ternyata tidak begitu jauh dari kediaman Ustadz Irham, tak sampai 15 menit, kami sampai di lokasi tujuan yang bertempat di Desa Nguter, Kecamatan Pasirian, Lumajang. Akses ke lokasi memang agak sulit jika menggunakan mobil, pasalnya, lokasinya cukup terisolir dengan jalan yang sempit dan rusak khas pedesaan. Maka cukup merepotkan jika berpapasan dengan mobil dari arah berlawanan. Sampai di lokasi, kami disambut oleh pohon beringin yang besar yang rindang. Mobil diparkir tepat dibawah pohon bersama beberapa mobil yang sudah ada.
Sebelum masuk ke pemandian, rupanya Ustadz Bayu sudah mencium suasana mistis yang menyelimuti kompleks pemandian. Beliau bercerita kalau pertama kita datang tadi sudah disambut oleh makhluk hitam tinggi besar yang berada dibawah pohon. Pernyataan Ustadz Bayu juga diamini oleh Mas Kholidy, keponakan Ustadz Irham yang juga ikut rombongan, memang sejak dulu pemandian ini dikenal angker oleh masyarakat. Ih... jadi merinding nih, untung waktu itu masih siang hari, jadinya saya stay cool saja.
Oleh Ustadz Irham kami langsung ditraktir masuk telaga semeru secara gratis, alias dibayarkan. Per individi dipatok 4000 rupiah saja, bisa berendam dan berenang sampai kecapekan. Terlihat beberapa bocah dan orang tua sedang berenang dengan senangnya. Namun, ternyata didalam kompleks pemandian, suasana mistis juga masih terasa, dengan banyaknya pohon-pohon besar yang berada disekitar telaga. Oleh Ustadz Bayu, sengaja tidak menceritakan banyaknya makhluk yang bersemayam disitu, agar teman-teman tidak pada gelisah.
Melihat jernihnya air yang mengalir di telaga semeru, kami semakin tidak sabar rasanya untuk segera melompat ke telaga dan berenang sepuasnya. Eits, rupanya kami punya satu permasalahan, tidak membawa baju ganti. Alhasil, kami berenang dengan baju ala kadarnya, ada yang hanya pakai kaos ada pula yang telanjang dada namun menggunakan celana kain. Tidak masalah, yang penting kerinduan kami untuk renang terbayarkan.
Biur..... segera saya menceburkan diri ke tepi telaga. Aduh, ternyata air telaganya dingin minta ampun, walau air telaga terlihat berwarna hijau dari kejauhan, ternyata itu lumut yang menempel di bebatuan pada dasar telaga. Airnya sangat jernih, jadi wajar kalau penduduk desa memanfaatkannya untuk sumber air PDAM hingga irigasi.
![]() |
Yuk Renang Bareng |
![]() |
[masih] berfoto di tepi telaga semeru |
![]() |
Bersama guru kami, Ustad Bayu |
![]() |
Tuan Rumah, Ustadz Irham |
![]() |
Menikmati segarnya air telaga |
![]() |
Belajar berenang |
Setengah jam berenang ternyata membuat badan terasa pegal-pegal ketika keluar dari air, ditambah dinginnya air telaga membuat tulang terasa nyeri. Selain itu, kepala juga terasa pusing, mungkin efek dari lama tidak berenang lalu mendadak berenang dalam waktu cukup lama. Efek itu ternyata tidak hanya saya alami sendirian, bahkan ada yang sampai masuk angin, weleh...
Sebelum kembali ke tempat tuan rumah, dari jauh saya melihat Ustadz Bayu berjalan sendirian ke arah pohon besar sekitar pemandian, sambil berdiri beliau diam menghadap pohon, sesekali menganggukkan kepala seperti sedang bercakap-cakap. Itu biasa beliau lakukan manakala sedang berkomunikasi dengan makhluk astral. Sebagai orang awam nan lugu, sampai sekarang saya pun bingung bagaimana berkomunikasi dengan dunia lain. Beliau bercerita bahwa berkomunikasi dengan makhluk yang tak kasat mata itu menggunakan batin, maka tidak heran jika beliau bisa mengerti apa yang dibicarakan walau hanya berdiam diri.
Pukul 14.00 kurang, segera kami meninggalkan lokasi pemandian. Ditengah perjalanan pulang, Ustadz Bayu bercerita tantang hal-hal gaib yang beliau temui di kompleks telaga, mulai dari sosok hitam seperti genderuwo, wanita cantik, serta kakek-kakek yang ada di bawah pohon tempat beliau berkomunikasi tadi. Dan yang paling mengerikan, ternyata ketika kami berenang di telaga tadi, ada ular besar berwarna putih yang juga ikut berenang mengitari telaga. Seandainya beliau bercerita waktu kami sedang berenang, tentu kami langsung meloncat ke tepi telaga karena takut, namun untungnya, itu ular gaib yang tidak akan tampak oleh manusia biasa kayak saya dan pastinya, tidak akan mengganggu para pengunjung telaga. Coba kalau tampak, mungkin tidak ada yang berani berenang sama sekali ya...
Wallahu A'lam Bisshowab
Memang daerahnya masih tergolong dipedalaman. Masih alami banget. Tapi, untuk yang awam yang penting have fun
BalasHapusBenar mas, terima kasih banyak telah mampir
Hapus