Klepon Tidak Islami Era Medsos: Fenomena Viral Matan Hilang Sanad
Banyak yang terlanjur emosi jiwa. Mengutuk keras. Bahkan melaknat habis-habisan orang yang mengatakan klepon tidak islami. Sebutan laknatnya macam-macam. Yang populer, kadal gurun. Sebenarnya istilah kadal gurun bukan hal baru. Kelanjutan sinetron berseri cebong vs kampret.
Siapa orang yang dilaknat itu? Tentu nama yang tercantum di foto viral itu. Abu Ikhwan Aziz. Mengaku pemilik toko kurma syariah. Nama ini yang identik dengan kelompok tertentu. Kelompok yang gemar pakai nama kunyah 'abu'. Anda lebih tahu siapa 'kelompok tertentu' itu.
Siapa orang yang dilaknat itu? Tentu nama yang tercantum di foto viral itu. Abu Ikhwan Aziz. Mengaku pemilik toko kurma syariah. Nama ini yang identik dengan kelompok tertentu. Kelompok yang gemar pakai nama kunyah 'abu'. Anda lebih tahu siapa 'kelompok tertentu' itu.
Penelusuran Fanspage Indonesian Hoaxes menyebutkan bawa nama Abu Ikhwan Aziz tidak ditemukan. Dengan kata lain FIKTIF. Oh, ternyata banyak yang membuang energi hanya untuk marah-marah dengan orang FIKTIF.
Saya bersyukur ternyata FIKTIF. Andaikan. Ini seandainya saja lho ya. Nama Abu Ikhwan Aziz benar-benar ada. Dan oleh tangan jahil yang tak bertanggungjawab, namanya sengaja dicantumkan di foto viral itu. Saya tidak bisa membayangkan betapa dahsyat persekusi yang diterimanya. Padahal dia tidak tahu apa-apa karena sengaja difitnah. Ini bisa saja terjadi dan sangat berbahaya.
Ada sisi kelam dari media sosial yang bikin prihatin. Jika meminjam istilah dalam ilmu hadist. Media sosial telah membuat matan (isi berita) jadi cepat viral. Tanpa menunggu validitas sanad (sumber berita). Jika suatu berita sudah terindikasi palsu dari ketidakjelasan sanad. Sebagus apapun matannya, sekontroversial apapun matannya. Menanggapinya jelas sia-sia. Apalagi latah nge-share.
Jika saja kriteria berita hoax itu meniru sistem seleksi kesahihan hadist. Entah berapa banyak berita yang seliweran itu berkategori sahih dan layak dipercaya. Lah penyebarnya saja tidak jelas. Mau sahih dari mana. Tengok di WA Grup itu. Sampai kadang saya yang mengingatkan saja dihujat. Entahlah pak buk. Yang bikin geli dan mual adalah, kadang berita hoax itu diselingi sumpah serapah kutukan 7 turunan kalau sampai beraninya tidak share ke 10 grup. Ah Sudahlah. Mungkin saya juga terlanjur kena kutukan itu.
Ini fenomena memprihatinkan. Berita klepon tidak islami hanya satu dari sekian banyak contoh. Betapa hal tidak penting ini mendapatkan sorotan karena keanehannya. Sampai-sampai muncullah ungkapan baru, "kalau pengen viral, bikinlah berita seaneh mungkin.
Jika saja kriteria berita hoax itu meniru sistem seleksi kesahihan hadist. Entah berapa banyak berita yang seliweran itu berkategori sahih dan layak dipercaya. Lah penyebarnya saja tidak jelas. Mau sahih dari mana. Tengok di WA Grup itu. Sampai kadang saya yang mengingatkan saja dihujat. Entahlah pak buk. Yang bikin geli dan mual adalah, kadang berita hoax itu diselingi sumpah serapah kutukan 7 turunan kalau sampai beraninya tidak share ke 10 grup. Ah Sudahlah. Mungkin saya juga terlanjur kena kutukan itu.
Ini fenomena memprihatinkan. Berita klepon tidak islami hanya satu dari sekian banyak contoh. Betapa hal tidak penting ini mendapatkan sorotan karena keanehannya. Sampai-sampai muncullah ungkapan baru, "kalau pengen viral, bikinlah berita seaneh mungkin.
Media sosial menyihir banyak orang untuk cepat bereaksi terhadap isi berita. Sibuk berkomentar hingga lupa dengan siapa orang yang pertama kali menyebarkan berita itu. Justru di sini titik pentingnya. Orang yang pertama kali unggah gambar "klepon tidak islami" adalah yang paling bertanggungjawab atas kegaduhan ini. Sudah barang tentu, ada motif yang dipendam. Dia yang paling tahu jawaban mengapa klepon tidak islami, bukan Abu Ikhwan Aziz. Adakah netizen yang sudah menemukan siapa peng-upload pertamanya?
Walah, mendahulukan prasangka, sebelum konfirmasi adalah budaya kita Prof. Sing penting nesune didisekne, klejingan kemudian. Hehe mohon bimbingannya Ustad Prof.
BalasHapus