Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Lolos Razia Polisi Meski SIM C Mati

Percaya atau tidak, memang ini pengalaman saya yang cukup berkesan. Saya juga heran, bagaimana bapak polisi waktu itu bisa lengah untuk mengecek SIM C saya dengan teliti. Jangan salah paham dulu, lolos disini bukan karena saya menghindar razia polisi dengan jurus ngepot maut seperti pada gambar lho ya. Melainkan benar-benar lolos razia karena polisi waktu itu kurang teliti memeriksanya.   

Ilustrasi Lolos Razia dengan Jurus Ngepot Maut
Cerita berawal ketika awal November 2016 lalu, SIM C yang seharusnya saya perpanjang malah saya tunda-tunda hingga deadline berarkhir, yakni tanggal 5 November. Beberapa hari setelah tanggal 5 November, saya dengan semangat membara datang ke Polres Mojokerto untuk memperpanjang SIM C. Namun apa daya, SIM C saya dianggap telah mati dan tidak diperkenankan untuk diperpanjang kembali. Kata petugasnya, SIM C yang mati sama saja dengan tidak memiliki SIM C lagi, sehingga harus mengurus membuatan SIM C dari awal. Disitulah terbayang kembali kisah betapa ruwetnya membuat SIM C 5 tahun lalu, bahkan harus beberapa hari bolos sekolah karena tidak lulus tes teori dan praktik beberapa kali. Kini kisah itu mungkin akan terulang kembali dengan drama yang berbeda. Akhirnya, demam malas pun kambuh. Saya terkena penyakit menunda-nunda akut hingga satu tahun kemudian. 

Selama satu semester penuh, sejak bulan Agustus hingga Desember 2017, saya terbiasa pulang pergi Mojosari-Surabaya untuk melanjutkan kuliah S2 di ITS. Suatu ketika pada hari selasa, saya berangkat naik motor dari Mojosari ke Surabaya sekitar pukul 9 pagi. Perasaan sudah agak tidak enak ketika melihat kendaraan berjalan merambat sebelum jembatan timbang trosobo, Taman. Firasat saya benar, dari kejauhan, terlihat banyak petugas kepolisian yang berdiri di samping jalan dan beberapa di tengah jalan untuk mengkomando para pengendara motor dari arah krian supaya masuk ke jembatan timbang. Buset, pasti ini razia, tidak mungkin bagi-bagi uang. Saya berusaha berpikir positif bahwa pak polisi menyuruh para pengendara motor masuk ke jembatan timbang untuk dikasih pengarahan keselamatan berkendara dan bagi-bagi uang. Sayang sekali,  pikiran positif ini gagal total. 

Saya berjalan berambat, lamunan saya tiba-tiba mengantarkan motor melaju dengan ragu, antara melanjutkan perjalanan atau terbang pakai jetpark saja. Saya berhenti lama di kiri jalan, persis didepan plang "Razia Polisi". Eh, tingkah saya malah ditiru oleh beberapa pengendara motor yang ikutan ragu untuk masuk di tempat razia. Ingin motor ini balik arah, tapi jalannya searah. Satu-satunya cara adalah nebeng belakang truk atau nekat ikut razia. 

Dengan perasaan was-was, saya memilih menyerah untuk ikut razia polisi saja. Bukan berarti saya tidak punya mental pejuang untuk meloloskan diri dengan cara konyol. Tapi saat itu serasa sudah hilang akal. Saya berdoa khusuk mengharap keajaiban, seakan napi yang berharap diselamatkan spiderman ketika eksekusi mati hampir membunuhnya. Semua doa yang saya hafal tiba-tiba hilang. Hanya bersisa doa akan makan saja. Saya siapkan STNK dan SIM C mati yang ada, dan kembali melajukan motor pelan mendekati pak polisi di samping jalan. 
"Ayo, masuk", sapa pak polisi. Persis seperti ketika tuan rumah pengarahkan tamunya untuk masuk rumah. Terlihat antrian yang panjang. Saya berjajar antri disalah satu barisan. "Pak, jangan ditilang pak....", teriak dua orang wanita muda yang histeris ketika STNK diambil pak polisi. Pak polisi teguh pendirian. Tak peduli rengekan wanita itu. "Urus surat tilangnya disana", sambil menunjuk meja panjang tempat para pengendara tertilang tertunduk lesu menunggu surat tilangnya selesai ditulis. "Maju", teriak pak polisi menunjuk sepeda saya. Saya letakkan SIM C yang mati dibawah STNK. Saya serahkan dengan tangan kanan, sebelum pak polisi meminta SIM C dan STNK.

"Cukup, Ayo Maju", teriak pak polisi kepada saya. Saya bengong. Dalam hati saya teriak, "Buset, baik banget nih orang". Ingin saya peluk pak polisi ini, takutnya malah saya ditilang. Ingin saya sungkemi wolak walik. Apadaya tangan udah gemeteran saking senengnya. "Ayo cepat pindah pak, antrian panjang." Tambahnya lagi. Siapppp. Saya segera menstater motor dengan penuh percaya diri. Entahlah, mengapa sampai bisa STNK dan SIM C saya hanya dipandang dari jauh tanpa di cek dengan teliti. Mungkin saja karena sudah melihat gaya saya yang super percaya diri seakan-akan semua surat-surat lengkap.  Love u full pak. Semoga kejadian ini terulang kembali. Amin. Semoga teman-teman yang belum mengalami ini segera mengalaminya dalam waktu dekat.

2 komentar untuk "Lolos Razia Polisi Meski SIM C Mati"

  1. Beruntung banget mas mungkin kurang teliti polisinya jadi lolos tapi kalau saya sih malah lebih lucu dulu pernah salah bawa sim kaka & lolos juga mungkin karena wajahnya mirip :)

    BalasHapus
  2. Baru mengalami kejadian serupa kemarin malam mas... Pulang lewat tengah malam kok tumben macet, saya kira karena faktor mobil yg pada mudik ga taunya razia, jam 1 malam mas bayangkan.. berbekal SIM C yang udah mati 7 bulan dan STNK saya cuma pasrah bakal ditilang, begitu selesai dicek kelengkapan dan isi bagasinya langsung dipersilakan buat lanjut jalan... Tuhan maha baik :D

    BalasHapus