Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Masalah Serius Saat Publikasi di Jurnal Akreditasi SINTA


Boleh dikata, negeri kita beruntung, bisa mengembangkan situs keren dan powerful bernama SINTA, yang dikembangkan untuk mengukur kinerja publikasi ilmiah dari peneliti, institusi, dan jurnal ilmiah. Melalui SINTA inilah, kita bisa berbangga diri karena Indonesia, sejak tahun 2018 berhasil merajai negara-negara ASEAN soal banyaknya publikasi ilmiah. 

Uniknya, SINTA menyediakan skor untuk setiap publikasi ilmiah yang diindeksnya. Nilai skor ini bisa beragam bergantung kategorinya. Ada skor untuk publikasi Scopus, publikasi di jurnal akreditasi SINTA, hingga jumlah sitasi. 

Pemberian skor untuk tiap publikasi ilmiah adalah pilihan yang tepat. Dengan begini, kinerja publikasi dapat terukur secara objektif. Baik diukur dalam waktu berjangka atau keseluruhan. 

Skor ini melekat pada diri peneliti yang sudah memiliki ID SINTA. Setiap dosen, sebagaimana kewajiban tri dharma, juga dianggap sebagai seorang peneliti. Pada akhirnya, skor tiap peneliti berperan signifikan dalam mendongkrak kinerja publikasi ilmiah pada institusinya.  

Contohnya, Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Blitar, tempat saya ber-homebase. Skor SINTA seluruh dosen UNU Blitar sukses menaikkan rangking kampus "The Character Building" ini menjadi 3 besar antar Universitas Nahdlatul Ulama. Padahal umur kampus baru kemarin sore. Jika skor seluruh dosen lebih dioptimalkan, tidak lama lagi UNU Blitar bakal bertengger dibawah sang pemuncak klasemen, UNU Surabaya.  

Namun, ada hal penting yang patut jadi sorotan, berkaitan dengan skor yang didapat dari jurnal terakreditasi SINTA 1 hingga 6. Sesuai pedoman penskoran, peneliti yang berhasil menerbitkan artikel di jurnal terakreditasi SINTA 1 dan 2 bakal diberikan skor 25. Begitu pula di jurnal terakreditasi SINTA 3 dan 4, bakal dapat skor 20. Paling rendah, adalah skor 15 dari jurnal yang terakreditasi SINTA 5 dan 6. 

Contoh mudahnya begini, misalnya bulan Januari 2022 ini saya berhasil menerbitkan 3 artikel ilmiah di jurnal terakreditasi SINTA 3, maka skor SINTA saya adalah 3x20. Jadilah 60 sebagai tambahan skor dalam sebulan. Lumayan bukan? 

Lantas, dimana letak masalahnya?

Begini. Saya berpengalaman publikasi beberapa artikel di jurnal ilmiah nasional. Tak lupa, selalu saya amati skor SINTA saya setelah publikasi. Hasilnya, nothing. Skor SINTA saya tidak bertambah, walaupun sudah berulang kali sinkronisasi via SINTA Author Verification. 

Usut punya usut, akhirnya ketemu juga titik terangnya. Skor SINTA yang tidak bertambah pasca publikasi ilmiah setidaknya ada dua sebab.

Penyebab pertama adalah karena jurnal yang saya tuju untuk publikasi belum melakukan akreditasi melalui ARJUNA. Sehingga otomatis, tiap artikel tidak akan terindeks SINTA dan tidak akan dapat skor. Penyebab ini saya pikir masih wajar, meski ada unsur ketidakadilan. 

Lanjut ke penyebab kedua. Izin saya cerita dulu. Sebelum publikasi, saya sudah memastikan dengan mata tak berkedip bahwa jurnal yang saya tuju sudah terakreditasi SINTA. Bahkan tertera dengan jelas sertifikat akreditasi di laman jurnalnya. Ditambah link indexing yang sudah mengarah langsung ke situs SINTA. Tertulis jelas, terakreditasi SINTA 4. 

Berminggu-minggu setelah artikel terbit, skor SINTA saya tak kunjung bertambah 20 sesuai ketentuan penskoran. Saya lihat di Google Scholar pribadi, artikel sudah masuk otomatis. 

Lama saya merenung. Ada apa dengan SINTA?

Oh iya, pasti ini penyebabnya. Skor SINTA dipengaruhi oleh update artikel pada Google Scholar jurnal, bukan Google Scholar peneliti. Sialnya, artikel pada Google Scholar jurnal tidak dapat ter-update otomatis. Masih perlu adanya campur tangan pengelola jurnal untuk sabar menambahkan satu per satu artikel terbitan berdasarkan pencarian judul artikel. 

Pantas saja. Belum tentu skor SINTA bertambah bahkan setelah terbit di jurnal terakreditasi SINTA 2 sekalipun, jika pengelola jurnal tidak update Google Scholar-nya. Menyebalkan sekali. 

Karena masalah ini, setiap kali publikasi di jurnal terakreditasi SINTA, saya harus repot-repot mengkonfirmasi pengelola jurnal dan memohon untuk rela mengentrikan artikel saya di Google Scholar jurnal.

Anehnya, masalah seperti ini tidak terjadi saat artikel terpublikasi di Database Scopus macam IEEE Explore. Skor SINTA langsung masuk otomatis sesuai kategori Scopus-nya. 

Saya yakin, ini adalah problematika serius. Apakah seluruh pengelola jurnal paham hal penting macam ini? Jika tidak, peneliti yang publikasi artikel di jurnalnya bakal di-PHP, seakan-akan dapat skor SINTA tapi nyatanya zonk. 

Sekarang, lihat lagi skor SINTA anda! Jangan-jangan kena zonk juga.

2 komentar untuk "Masalah Serius Saat Publikasi di Jurnal Akreditasi SINTA"

  1. sudah kena zonk, publikasi artikel di 5 sinta 3 dan 1 sinta 5...sampai sekarang tak ada indkesnya di sinta...komunikasi dengan pengelola jurnanya tak paham..malah misunderstanding..padahal mereka yang tidak paham pentingnya indeks itu bagi penulis dosen

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar Bu Herni, sangat disayangkan. Saya menyadari ini karena juga menjadi Ketua Editor Jurnal, akhirnya tahu betul masalah utamanya.

      Hapus